Pada saat membaca, ternyata mata tidak membaca semua kata dalam kalimat. Mata sebenarnya hanya dapat melihat satu atau dua kata saja. Lalu bagaimana orang bisa membaca?
Mata tidak dapat sekaligus 'membaca' kalimat, kata bahkan huruf sekalipun, tetapi harus terlebih dahulu berfungsi seperti alat scanner yang memindai huruf dalam bentuk fragmen simbol-simbol (bayangkan seperti saat Anda belajar membaca dengan mengeja, huruf mati dan hidup, menjadi suku kata dan menjadikannya sebagai kata).
"Mata itu bukan kamera. Saat membaca mata sebenarnya cuma melihat 1 sampai 2 kata," jelas Dr. dr. Tjahjono Darminto Gondhowiardjo, Sp.M, anggota baru Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPI) saat kuliah innaugurasi 'Menguak 'Jendela Hati' Sebagai Embrio Proses Berpikir Manusia' di RSCM, Jakarta, Rabu (22/6/2011).
Menurut Dr Tjahjono, proses membaca dimulai dengan upaya untuk memfokuskan bayangan kata atau kalimat yang diamati pada fovea.
"Fovea sebenarnya hanya dapat melihat satu kata atau dua kata saja) sekitar 15 derajat dari sentral penglihatan)," tulis Dr Tjahjono.
Berbeda dengan kamera foto yang relatif dapat fokus pada seluruh objek yang dituju, fovea yang terdiri dari jutaan sel foto reseptor, akan membentuk ketajaman fokus bayangan objek yang tidak sama. Semakin ke tepi, bayangan objek akan semakin kabur.
"Mata berbeda dengan kamera, meski memiliki sistem optik yang hampir sama dengan kamera," kata Dr Tjahjono.
Oleh karena itu, kedua mata tanpa disadari harus melakukan gerakan horizontal (scanning process) yang pendek (saccadic movement).
Gerakan ini dilakukan sekitar 4-5 kali dalam satu detik secara sinkron oleh kedua mata pada tiap barisan kata.
Ketidak sesuaian pergerakan atau kemampuan akomodasi kedua bola mata akan menimbulkan kelelahan atau bahkan penglihatan ganda.
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !